Betulkah Dengkul Bisa Ompong????
Bisik-bisik diantara kita soal dengkul kopong dan cara jalan yang
menggambarkan keperawanan, sudah sering kita dengar. Semua itu mitos
atau fakta, sih?
MITOS adalah suatu ungkapan yang belum tentu benar, tetapi sudah
dianggap atau diyakini benar oleh masyarakat. Kita mendapatkan mitos ini
dari generasi sebelum kita secara turun menurun, baik itu secara
langsung maupun lewat catatan sejarah, cerita, buku, dan lain-lain. Kita
menerima pandangan atau opini yang turun temurun itu secara turun
temurun itu sebagai sesuatu yang paten dan sudah tidak bisa di kompromi
apalagi diubah.
Berikut ini adalah sebagian mitos-mitos yang bayak beredar di sekitar kita dan mungkin juga menjadi pendapat kita selama ini:
1. Keperawanan dapat dilihat dari betuk pinggul dan cara berjalan
Faktanya, keperawanan tidak bisa dilihat dari bentuk pinggul atau cara
jalan. Keperawanan mempunyai dua aspek, yaitu aspek fisik (mengacu pada
selaput dara) yang hanya bisa diketahui melalui hasil pemeriksaan
dokter. Jadi pemeriksaan khususlah yang memungkinkan diketahuinya
selpaut dara robek atau tidak serta penyebabnya. Kedua, aspek sosial
yang mengacu pada apakah seseorang perempuan sudah pernah melakukan
hubungan seks atau belum.
2. Selaput dara yang robek berarti pemiliknya sudah melakukan hubungan seksual alias tidak perawan lagi
Faktanya tidak selalu demikian. Selaput dara merupakan selaput kulit yang tipis yang dapat meregang dan robek karena beberapa hal. Selain karena melakukan hubungan seks, selaput dara juga bisa robek karena melakukan olah raga tertentu seperti naik sepeda dan berkuda. Karena itu, robeknya selaput dara belum tentu karena hubungan seksual, malah ada juga perempuan yang sudah menikah dan berhubungan seks berkali-kali tapi selpaut daranya masih uth dan enggak koyak karena selaput dranya sangat elastis.
3. Hubungan seks pertama kali sering ditandai dengan keluarnya darah dari vagina.
Faktanya, tidak selalu hubungan seks yang pertama kali itu berdarah. Selaput dara ini merupakan selaput kulit yang memiliki pembuluh dara. Apabila robekan terjadi pada bagian yang terdapat pembuluh darahnya maka terjdi pendarahan tidak akan terjadi.
4. Dorongan seksual laki-laki lebih besar daripada perempuan.
Faktanya, dorongan seksual merupakan hal yang alamiah muncul pada setiap individu pada umumnya hingga ia menginjak masa pubertas (akibat berfungsinya hormon seksual). Faktor yang mempengaruhi dorongan seksual antara lain kepribadian, pola sosialisasi, dan pengalaman seksual. Dorongan seksual perempuan terkesan lebih kecil dari laki-laki kerena lingkungan menganggap perempuan yang mengekspresikan dorongan seksualnya adalah perempuan yang “kurang baik” , sementara laki-laki tidak masalah . oleh karena itu perempuan lebih terbiasa menahan dorongan seksualnya.
5. Perempuan yang berdada besar dorongan seksualnya besar.
Faktanya tidak seprti itu,. Secara medis, tidak ada hubungan langsung antara ukuran payudara dengan dorongan seksual seseorang. Dorongan seksual tidak disebabkan oleh fungsinya hormon seksual yang didukung oleh kerpribadian, pola sosialisasi, dan pengalaman seksual (melihat, mendengar, atau merasakan suatu rangsang seksual).
6. Berhubungan seks dengan pacar merupakan bukti cinta
Faktanya, berhubungan seks bukan cara untuk menunjukan kasih sayang pada saat masih pacaran, melainkan karena disebabkan adanya dorongan seksual yang tidak terkontrol dan keinginan untuk mencoba-coba. Rasa sayang kita dengan pacar bisa ditunjukan dengan cara lain.
7. Masturbasi bisa menyebabkan dengkul kopong
Faktanya, mastur basi tidak menyebabkan dengakul menjadi kopong. Sperma tidak diproduksi dan tidak disimpan didalam lutut, melainkan di testis. Pada tubuh remaja laki-laki yang sehat, setiap sperma diproduksi lebih dari 50 juta sel. Setelah masturbasi, biasanya timbul rasa lelah karenamasturbasi mengeluarkan banyak energi. Itulah yang membuat lemas, bukan karena lututnya jadi kosong.
8. Sering masturbasi bisa membuat mandul
Faktanya, secara medis masturbasi tidak menggangu kesehatan fisik selama dilakukan secara aman (tidak menimbulkan luka/lecet). Resiko fisik biasanya berupa kelelahan. Pengaruh masturbasi biasanya bersifat psikologis, seperti perasaan bersalah, berdosa dan kadarnya berbeda-beda bagi setiap orang. Kemandulan biasanya akibat dari PMS (penyakit menular seksual) atau penyakit lainnya seperti kanker atau karena sebab fisik lainnya misalnya kualits sperma yang kurang baik.
9. Minum coke akan dapat mempercepat selesainya menstruasi.
Faktanya, menstruasi adalah proses pendarahan yang disebabkan luruhnya dinding rahim sebagai akibat tidak adanya pembuahan. Sakit tidaknya atau lancar tidaknya menstruasi seseorang selain dipengaruhi oleh hormon juga dipengaruhi faktor psikis, bukan karena minum coke.
10. PMS dapat dicegah dengan mencuci alat kelamin.
Faktanya tidak ada sabun atau desinfektan (seperti betadine, detol, atau alcohol) apa pun yang dapat mencegah PMS. Pada perempuan, mencuci bagian dalam vagina akan mempertinggi resiko terkena keputihan karena sabun dapat mengurangi kadar keasaman permukaan vagina yang sebetulnya berfungsi untuk membunuh kuman-kuman yang ada.
11. Seorang dapat tertular PMS melalui WC atau kamar mandi
Faktanya, kuman penyebab PMS hanya ada dicairan vagina, air mani, dan terkadang didarah. Kalau salah satu cairan tersebut ada di toilet atau kamar mandi, kuman tersebut tidak dapat hidup cukup lama dan kemudian akan menular ke orang lain. Yang perlu diingatkan bahwa seseorang akan tertular PMS jika kuman-kuman PMS tersebut masuk ke dalam tubuh sehingga kecil kemungkinan terjadi penularan pada kegiatan sehari-hari.
12. Loncat-loncat setelah berhubungan seks tidak akan menyebabkan kehamilan.
Faktanya, ketika sperma sudah memasuki vagina, maka sperma akan mencari sel telur yang telah matang untuk dibuahi. Loncat-loncat tidak akan mengeluarkan sperma. Jadi, tetap ada kemungkinan untuk terjadinya pembuahan atau kehamilan.
Mitos-mitos tersebut ternyata memang sadah berakar dan hidup subur di
masyrakat. Pengaruh mitos-mitos tersebut masih sangat kuat, bahkan
diantara kita masih banyak yang mempercayainya sehingga tidak jarang
kita temui kasus-kasus yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
bermula dari keyakinan dari mitos-mitos tersebut. Hal itu terjadi karena
tidak lengkapnya informasi tentang kesehatan reproduksi yang bisa kita
akses, baik melalui lembaga formal seperti sekolah, keluarga atau
masyarakat pada umumnya.
Sekarang tergantung kepada diri masing-masing, apakah kita akan
menelan mentah-mentah mitos tersebut ataukah kita akan menganalisisnya
lebih lanjut guna menguji kebenarannya. Kalau kita masih terpengaruhi
dengan mitos-mitos diatas, yang rugi ya diri kita sendiri.
Komentar
Posting Komentar